Rabu, 23 Juni 2010

Legenda Kek Adung dan Triwulan

KEK ADUNG DAN TRIWULAn
Cerita Rakyat Bangka Barat


Legenda kek Adung dan Triwulan
Tapi malang tak dapat ditolak, bukannya rusa yang diperoleh, malah ia tersesat dan kelaparan. Karena sangat lemah dan tak berdaya akhirnya kek Dong tebaring dibawah rerimbunan kayu kelokop. Akibat kantuk yang tak tertahankan lagi Kek Dong tertidur pulas. Dalam tidurnya ia merasakan kedatangan tamu. Kek Dong terbangun dan langsung duduk bersemedi untuk bersiap dan siaga kalau-kalau ada serangan mendadak. Tidak kalah siaganya dengan Triwulan alias Bidadari Putih, ia pun cukup siaga mendatangi keturunan ( anak cucu ) jering dan pacor yang memang dikenalnya.
“ Hai, ngapa be kau dik, ok. Siapa nama kau?” Tanya Triwulan pada Kek Adong. “Anak mo, ko yeik bejalen ngeseik menjangan (rusa , ngek age dak boleh klei. Nama ko Adong Urang Jering,” jawab Adong sambil bersemedi.” Di man ages ikak auwat yik?” Tanya Triwulan lagi. “Kamei nek muek kelompok umah disekiter dik suleh gek,” pinta Kek Adong sebelum sempat sang bidadari berbicara.
Kini Peri Gunung Penyabung yang suka berbusana serba putih ini tiga langkah lebih dekat ke arah Kek Adong. Dengan tutur kata yang lembut dan didiringi mempesona, Triwulan mempersembahkan kepada Kek Adong dengan beberapa syarat. “Soleh be, ngek age ade seratta. Asak tiap sudah ngetem padi ikak nek mawak pemaken gek kemaek, Gek ko,” kata Triwulan mengatakan syaratnya. “Men pangek kamei sekeluarga pak daknye sanggup dak ea,” tutur Adung.
“Oea, urang laen pak asak nok disekitar kakei Gunung yiek pak pitak! Mo. Pokok a sekitar sungai Pelanges yuk pitak ilah,”pesan sang putrid merayu mangsanya.
Konon dicerritakan warga suku jering dan Pacor yang tadinya hidup berpisah-pisah sejak peristiwa itu mulai berbondong-bondong kearah sekitar kaki Gunung Penyabung, jidup bermasyarakat dan gotong-royong. Setiap tahun, Kek Dong sampai beberapa keturunannyaselalu membawa sesajen ke Gunung Penyabung. Tercatat sepeninggal Kek Dong diganti oleh anaknya Kek Weng, Kek Pit, Kek Iman, Kek Pot ( 1990-an, Kek Deramen (1950-n) dan diganti oleh Kek Gabel hidangan yang dipersembahkan kepada peri atau penguasa Gunung Penyabung terputus.
Sebagai wilayah yang diminta oleh keturuna Kek Dong untuk dipersembahkan ke sang penguasa gunung, semua wilayah dalam sungai Pelangas dan mengikuti alirannya ( sekitar desa Peradong, Berang, Simpang Tiga dan Simpang Gong)semua wilayah ini semasa itu tetap patuh dan tunduk kepada Turunan Kek Adong.

Narasumber : SESEPUH SUKU KETAPIK DESA KACUNG
“BAPAK AR FA’IE”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar